BERIMAN KEPADA HARI AKHIR (Bahagian Pertama (1))

I. BERIMAN KEPADA HARI AKHIR SERTA MAKSUDNYA

Beriman kepada hari Akhir adalah rukun ke lima dan rukun-rukun iman. Ertinya ialah meyakini dengan pasti kebenaran setiap hal yang diberitakan oleh Allah dalam kitab suci-Nya dan setiap hal yang diberitakan oleh Rasul-Nya mulai dari apa yang akan terjadi sesudah mati, fitnah kubur, adzab dan nikmat kubur, dan apa yang terjadi sesudah itu seperti kebangkitan dari kubur, tempat berkumpul di akhirat (mahsyar), catatan amal (shuhuf), perhitungan (hisab), timbangan (mizan), telaga (haudh), titian (shirath), pertolongan (syafa‘ah), syurga dan neraka serta apa-apa yang dijanjikan Allah bagi para penghuninya.

Dail-dalil tentang kewajiban beriman terhadap hal-hal tersebut banyak sekali. Ada yang bersifat umum tentang beriman kepada perkara-perkara akhirat sebagai pujian atas orang-orang mukmin yang mengimani adanya hari Akhir, atau sebagai perintah untuk mengimani hal tersebut. Ada juga yang bersifat khusus untuk sebahagian perkara akhirat, seperti adzab kubur dan kenikmatannya, kebangkitan (ba‘ts), pengumpulan (hasyr) dan lain-lain. Hal itu banyak sekali disebut di dalam al-Qur’an dan Sunnah yang suci.

Pertama: Dalil-dalil Umum

“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari Kemudian dan beramal shalih, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhuwatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Al-Baqarah 2: 62)

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam perang. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (Al-Baqarah 2: 177)

Sabda Rasulullah sebagai jawaban atas pertanyaan Jibril tentang iman,

“Engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya dan hari Akhir, dan engkau beriman kepada takdir yang baik mau pun yang buruk.” (HR. Muslim 1/36-37)

Kedua: Dalil-dalil Khusus tentang Sebagian Perkara Akhirat

a) Firman Allah tentang kebangkitan (ba‘ts),

“Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dan kuburmu) di Hari Kiamat.” (Al-Mu’minun: 16)

b) Firman Allah tentang Perhitungan (hisab),

“Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya. Ada pun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Ada pun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak, ‘Celakalah aku.’ Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” (Al-Insyiqaq: 6-12)

Ayat-ayat di atas menunjukkan balasan atas amal kebaikan, hisab (perhitungan) yang mudah, pemberian catatan amal (shuhuf) bagi para ahli kebaikan dengan tangan kanan dan kesenangan sesudah itu, serta menunjukkan hisab yang sulit, pemberian shuhuf kepada orang-orang yang berbuat jahat dari belakang punggungnya dengan tangan kiri dan siksa neraka sesudah itu.

c) Firman Allah,

“Sesungguhnya Kami telah memberimu al-Kautsar.” (Al-Kautsar: 1)

Iaitu telaga yang diberikan kepada Rasulullah s.a.w., sebagai tempat minum umatnya, kecuali orang yang menyalahi sunnahnya.

II. MANHAJ (METODE) AL-QUR’AN DALAM MENETAPKAN BA ‘TS

Sesungguhnya di antara ajaran Rasulullah yang ditentang oleh kebanyakan masyarakat Jahiliyah adalah tentang kebangkitan dari kubur. Mereka menganggap mustahil hidup kembali setelah tubuh hancur dan melebur dengan tanah. Allah mengisahkan hal ini dalam firman-Nya,

“Dan jika (ada sesuatu) yang kamu hairankan, maka yang patut menghairankan adalah ucapan mereka, ‘Apabila kami telah menjadi tanah, apakah kami sesungguhnya akan (dikembalikan) menjadi makhluk yang baru?’ Orang-orang itulah yang kafir kepada Tuhannya; dan orang-orang itulah (yang dilekatkan) belenggu di lehernya; mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Ar-Ra’d: 5).

Allah juga berfirman,

“Mereka berkata, ‘Apakah betul, apabila kami telah mati dan kami telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan? Sesungguhnya kami dan bapak-bapak kami telah diberi ancaman (dengan) ini dahulu, ini tidak lain hanyalah dongeng orang-orang dahulu kala!” (Al-Mu’minun: 82-83)

Sebagaimana mereka juga mengucapkan,

“Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah (kami akan kembali lagi)? Itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin.” (Qaf: 3)

Allah berfirman tentang mereka,

“Dan mereka berkata, ‘Apakah bila kami telah lenyap (hancur) di dalam tanah, kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru. Bahkan (sebenarnya) mereka ingkar akan menemui Tuhtinnya.” (As-Sajdah: 10)

Ayat-ayat yang disebutkan Allah tentang pengingkaran orang-orang musyrik terhadap hari kebangkitan lebih banyak dari yang kami kemukakan. Semuanya mengisahkan ketidak-percayaan mereka tentang apa yang dijanjikan Allah mengenai perkara kehidupan akhirat dan hisab amal perbuatan.

Al-Qur’an telah meyakinkan adanya ba’ts beserta sanggahan atas orang-orang yang mengingkarinya dengan kaedah yang hebat dan jitu, sehingga memaksa akal yang sihat untuk menerimanya dan tunduk kepadanya. Kebanyakan metode itu boleh disaksikan, dikesan dengan pancaindera serta difahami oleh akal secara nyata. Di antaranya terjadi pada keadaan-keadaan tertentu seperti-mana yang diberitakan oleh al-Qur’an.

Beberapa kaedah-kaedah tersebut ada empat macam, iaitu:

– Kaedah pertama:

Beristidlal dengan penciptaan langit dan bumi dan perkara-perkara yang agung yang menjadi saksi atas kesempumaan dan kecanggihan ciptaan Allah serta bukti atas kekuasaan Allah yang kukuht; suatu perkara yang mengharuskan kemaha-kuasaan Allah atas perkara yang lebih kecil dari itu. Allah menjelaskan hal ini:

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwasanya Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah berkuasa (pula) menciptakan yang serupa dengan mereka, dan telah menetapkan waktu yang tertentu bagi mereka yang tidak ada keraguan padanya? Maka orang-orang zalim itu tidak menghendaki kecuali kekafiran.” (Al-Isra: 99)

“Masihkah mereka ingkar dan tidak mahu memikir serta mengetahui Bahawa Sesungguhnya Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi Dengan tidak mengalami kesukaran Dalam menciptakannya – berkuasa menghidupkan makhluk-makhluk Yang telah mati? sudah tentu berkuasa! Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.” (Al-Ahqaf: 33)

“Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Ghafir/al-Mukmin: 57)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menjelaskan tentang hal ini semuanya menjelaskan bahwa menciptakan manusia serta membangkitkan sesudah mati adalah lebih mudah dan lebih ringan daripada menciptakan makhluk-makhluk raksasa in Padahal semuanya itu kecil bagi Allah s.w.t.

– Kaedah kedua:

Beristidlal akan adanya ba‘ts dengan penciptaan manusia pertama kali, oleh karena siapa yang dapat menciptakan manusia pasti mampu mengembalikannya untuk kedua kalinya. Kepastian seperti ini banyak terdapat di dalam al-Quran, seperti firman Allah,

“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setitis mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dari yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) sampailah kamu kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya.” (Al-Hajj: 5).

“Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. Dan bagi-Nyalah sifat yang Maha-tinggi di langit dan di bumi; dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (Ar-Rum: 27)

Tidakkah manusia itu melihat dan Mengetahui, Bahawa Kami telah menciptakan Dia dari (setitis) air benih? Dalam pada itu (setelah Kami sempurnakan kejadiannya dan tenaga kekuatannya) maka dengan tidak semena-mena menjadilah ia seorang pembantah yang terang jelas bantahannya (mengenai kekuasaan Kami menghidupkan semula orang-orang yang mati), serta ia mengemukakan satu misal perbandingan kepada Kami (tentang kekuasaan itu), dan ia pula lupakan keadaan Kami menciptakannya sambil ia bertanya: “Siapakah Yang dapat menghidupkan tulang-tulang yang telah hancur seperti debu?” Katakanlah: “Tulang-tulang yang hancur itu akan dihidupkan oleh Tuhan yang telah menciptakannya pada awal mula wujudnya; dan ia Maha mengetahui akan segala keadaan makhluk-makhluk (yang diciptakan-Nya);

(setelah mereka melihat dan memerhatikan makhluk-makhluk yang Kami ciptakan itu) maka adakah Kami telah lemah dengan ciptaan yang pertama itu (sehingga Kami tidak dapat mengadakannya semula? Tidak! Dan merekapun tidak mengingkari kekuasaan Kami). bahkan mereka berada dalam keadaan keliru dan ragu-ragu tentang ciptaan makhluk-makhluk (hidup semula) dalam bentuk Yang baharu. (Qaaf: 15)

Pada ayat-ayat yang kami kemukakan di atas juga pada ayat-ayat lain yang serupa terdapat teguran yang menggugat orang-orang yang ingkar agar mahu melihat dan merenungi dirinya sendin; dari mana pertama kali ia diciptakan, juga agar merenungi masa-masa yang telah mereka lalui setiap tahapan yang selalu herbeda dengan yang sebelumnya. Maka, yang mampu mengadakan manusia dari tidak ada niscaya Dia tiada berkesulitan mengembalikannya sekali lagi, sebaliknya hal itu lebih mudah dari menciptakannya pertama kali. Perbezaan itu kalau diukur dengan akal dan kebiasaan manusia. Sedangkan menurut Allah, maka tidak ada sesuatu yang lebih mudah dari yang lain, semuanya mudah bagi-Nya.

– Kaedah ketiga:

Allah menegakkan dalil adanya hari kebangkitan sesudah mati dengan menghidupkan bumi sesudah matinya, seperti yang terdapat dalam ayat, antara lain:

“Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (Al-Hajj: 5)

“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu telah membawa awan, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan, seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” (Al-A’raf: 57)

“Dan yang menurunkan air dan langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” (Az-Zukhruf: 11)

Dalam ayat-ayat terdahulu dan yang sejenisnya Allah menjelaskan bahawasanya menghidupkan sesudah mati adalah sangat mungkin bagi Tuhan Yang Maha Mengatur semua urusan. Bukti kongkritnya selalu dapat anda amati, iaitu dengan melihat tanah yang kering, gersang dan tandus tidak berkehidupan, maka Allah mendatangkan air hujan, sesudah itu ia menjadi hijau dan subur, pepohonan, bunga-bunga serta buah-buahan bertebaran di mana-mana. Maka Yang Maha-kuasa menghidupkan ini akan berkuasa pula menghidupkan kembali jasad-jasad yang telah musnah tak berbekas dan Dia Maha Mengetahui segala ciptaan-Nya.

– Kaedah Keempat:

Metode ini adalah apa yang dikhabarkan dalam al-Qur’an bahawa Allah telah menghidupkan sebahagian orang yang sudah mati di dunia. Ini sudah pasti merupakan tanda kekuasan-Nya yang memaksa orang-orang yang mengingkari untuk kembali mengakui dan membenarkan agama para rasul dan ia akan menambah iman orang-orang mukmin. Di antaranya, Allah berfirman,

“Dan ingatlah, ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh-menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan. Lalu Kami berfirman, ‘Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu!’ Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti.” (Al-Baqarah: 72-73)

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka: “Matilah kamu”, kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. (al-Baqarah: 243)

Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?” Ia menjawab: “Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.” Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi beubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.” Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.” Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu ?” Ibrahim menjawab: “Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): “Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (al-Baqarah: 259-260)

Kaedah ini juga yang terjadi melalui tangan Nabi Isa sebagai mukjizat baginya, iaitu menghidupkan orang mati dengan seizin Allah. Tidak diragukan lagi, bahawa dalil-dalil tersebut di atas dengan pasti telah membuktikan akan adanya hari Kebangkitan, karena Yang dapat menghidupkan kembali satu jiwa sesudah matinya pasti Dia mampu menghidupkan semua jiwa. Sebagaimana ditegaskan oleh Allah,

Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Luqman: 28)

Oleh karena pentingnya keimanan kepada hari Kebangkitan terhadap kehidupan duniawi demi tercapainya hikmah ilahiyah serta adanya orang yang mengingkarinya, maka dalil-dalilnya di dalam al-Quran dijelaskan dengan metode yang bermacam-macam. Apabila keperluan kepada sesuatu sangat diperlukan maka dalilnya lebih ditegaskan sebagai rahmat Allah kepada hamba-hamba-Nya.

III. APA YANG ADA SESUDAH KEMATIAN?

Yang ada sesudah kematian adalah pertanyaan dua malaikat, nikmat kubur dan azab kubur.

Al-Qabru adalah kata tunggal dan al-qubur, artinya mengubur mayat.

Khabar dari Rasulullah telah sampai secara mutawatir tentang adanya pertanyaan dua malaikat, nikmat kubur dan azabnya. Kerana itu mengimaninya adalah wajib.

Nikmat dan siksa tersebut adalah berlaku untuk ruh dan jasad sesuai dengan hubungan ruh terhadap jasad dalam kehidupan barzakhiyah dan hubungan ini berbeza dengan hubungan ruh terhadap jasad ketika ada dalam kehidupan dunia. Jadi hukum-hukum kehidupan barzakh ini berlaku untuk ruh, sedangkan jasad mengikutinya, berbeza dengan kehidupan dunia. Berdasarkan hal ini dapat difahami bahawa nikmat dan azab kubur berlaku bagi orang yang berhak menerimanya, baik itu dikubur mahupun tidak, dimakan binatang buas atau terbakar hingga menjadi abu atau tenggelam di laut ataupun yang lainnya. Sedang dalil-dalil untuk itu sangatlah banyak, antara lain:

a) Firman Allah,

Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. (Ibrahim: 27)

Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari al-Bara’ Ibn ‘Azib dari Nabi, beliau bersabda tentang ayat di atas:

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh,” Ayat ini turun menjelaskan tentang adzab kubur; maka ditanyakan kepadanya, ‘Siapakah Rabbmu?’ Dia menjawab, ‘Rabb saya adalah Allah, dan nabi saya adalah Muhammad s.a.w. Maka itulah (makna) firman Allah, ‘Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat’.” (HR. Muslim 4/2201)

Jadi penafsiran ayat oleh hadis tersebut menunjukkan adanya pertanyaan di dalam kubur. Hal ini dijelaskan oleh dalil-dalil berikutnya.

b) Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Qatadah, dari Anas bin Malik, ia berkata, Nabi Allah s.a.w. bersabda,

“Sesungguhnya seorang hamba jika telah diletakkan di dalam kuburnya dan ditinggal pergi oleh pengantarnya, sesungguhnya dia itu mendengar suara ketukan sandalnya’. Beliau bersabda, ‘Datang kepadanya dua malaikat, lalu mereka mendudukkannya dan menanyainya, ‘Apa yang engkau katakan tentang orang ini?’ Beliau bersabda, ‘Ada pun orang mukmin maka dia akan menjawab, ‘Saya bersaksi bahwa dia adalah hamba Allah dan rasul-Nya.’ Beliau bersabda, ‘Maka dikatakan kepadanya, ‘Lihatlah tempat dudukmu dari neraka, Allah telah menggantinya untukmu ternpat duduk dari syurga.’ Nabi Allah bersabda, ‘Maka ia melihat keduanya.’ Qatadah berkata, ‘Diberitakan kepada kami bahawa di dalarn kuburnya akan diperluas untuknya 70 hasta dan dipenuhi atasnya kenikmatan yang segar sampai pada hari mereka dibangkitkan.” (Hadis Riwayat Muslim 4/2200, lihat Shahih al-Bukhari 11/ 123).

c) Imam al-Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya dan Ibnu Abbas r.a, ia berkata,

“Rasulullah s.a.w. berjalan melewati dua kuburan, maka beliau bersabda, ‘Sesungguhnya keduanya sedang disiksa, dan tidaklah mereka disiksa karena perkara besar,’ kemudian beliau bersabda, ‘Benar, adapun yang satu maka ia telah melakukan adu domba, adapun yang lainnya kerana dia tidak bersembunyi semasa membuang air kecil dan tidak membersihkan diri dari percikan-percikan kencingnya dengan betul.’ Ibnu Abbas berkata, ‘Kemudian beliau mengambil batang kayu segar dan dibelah menjadi dua, kemudian rnenancapkan masing-masing di atas kuburan tadi kemudian bersabda, ‘Mudah-mudahan keduanya diringankan (azabnya) selama (dua batang kayu tadi) tidak kering’.” (Hadis Riwayat al-Bukhari 11/134)

d) Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata, ‘Rasulullah berdoa,

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dan adzab kubur, dan adzab neraka, dan danifitnah kehidu pan dan kematian, serta dan fitnah Dajjal.” (Hadis Riwayat al-Bukhari 11/24, dan lihat Muslim 4/2200)

Dalil-dalil ini dan yang seumpamanya menunjukkan, orang yang mati akan diuji di dalam kubumya, maka barangsiapa yang ditetapkan imannya oleh Allah dan menjawab dengan benar maka diluaskan baginya di dalam kubumya serta diberi sebagian dari kenikmatan akhirat. Dan siapa yang menyimpang dari kebenaran dan sesat di dalam hidupnya, maka dia tidak akan boleh/mampu menjawab dengan benar pertanyaan kedua malaikat tersebut, sehingga ia dipukuli dengan palu dan besi dan dihimpit di dalam kubumya serta menerima siksaan sesuai dengan dosa-dosanya sampai datang Hari Kiamat atau sampai pada waktu tertentu (terbatas).

Jadi adzab kubur itu ada dua macam:

Pertama:

Terus menerus sampai Hari Kiamat iaitu untuk orang kafir dan munafik dan sebagian ahli maksiat, seperti pemberitaan Allah tentang keluarga Firaun:

“Kepada mereka ditampakkan Neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat dikatakan kepada malaikat, ‘Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras’.” (Ghafir/al-Mukmin 40: 46)

Kedua:

Sementara, berlaku untuk waktu yang terbatas kemudian berhenti. Iaitu siksaan untuk sebagian ahli maksiat yang ringan kejahatannya. Ia disiksa sesuai dengan kejahatannya kemudian diringankan siksaan atasnya atau dihentikan sama sekali kerana maksiatnya tidak berhak menerima azab kecuali sebatas itu, atau kerana adanya sebagian yang boleh melebur dosa sesudah kematiannya seperti doa anaknya yang soleh atau sedekah jariyah yang ditinggalkannya di dunia atau ilmunya yang dimarifaatkan. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

IV. KIAMAT DAN TANDA-TANDANYA

Kiamat adalah tibanya saat yang disebutkan dalam firman Allah s.w.t. seperti:

“Dan pada hari terjadinya Kiamat.” (Ghafir 40: 46 dan al-Jatsiyah: 27)

Kiamat disebutkan dalam al-Qur’an dengan beberapa nama, antara lain: Al-Qari’ah, al-Ghasyiyah, ath-Thammah, al-Waqi’ah, al-Haqqah, ash-Shakhkhah, Yaumul-Hisab dan Yaumud Din.

Dalil-dalil kepastian datangnya banyak sekali, antara lain:

a) Firman Allah,

“Dan sesungguhnya Hari Kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahawasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.” (Al-Hajj 22: 7)

b) Firman Allah,

“Sesungguhnya Hari Kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.” (Ghafir/Mukmin 40: 59)

c) Firman Allah,

“Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan.” (Al-Qamar: 1)

d) Sabda Rasulullah s.a.w.,

“Aku diutus, sedangkan aku dan Hari Kiamat seperti ini’, beliau membandingkan antara jari telunjuk dan jari tengah.” (Hadis Riwayat Al-Bukhari 6/206, Muslim 11/592)

Sekalipun ada kepastian akan terjadinya dan kewajiban mengimaninya, tetapi Allah merahsiakan bila Kiamat terjadi dan tidak seorang pun mengetahui waktunya, akan tetapi Allah memberitahukan tanda-tandanya yang menunjukkan dekatnya kejadian Kiamat.

Dalil-dalil yang menunjukkan hanya Allah saja yang mengetahui Hari Kiamat sangat banyak, di antaranya ialah:

a) Firman Allah,

“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Bilakah terjadinya?” Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.” Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (al-A’raaf 7: 187)

Pertama: Dalil-dalil tentang Kekhususan Ilmu Allah Mengenai Kiamat

“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Kiamat” (Luqman 31: 34)

“Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah.” Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya” (al-Ahzaab 33: 63)

Kedua: Tanda-tanda Kiamat

Ketika hikmah Allah menghendaki untuk menyembunyikan waktu terjadinya, Dia memberitahukan kepada Nabi-Nya s.a.w, tanda-tanda kedatangannya, kemudian beliau memberitahukan kepada kita tanda-tanda yang banyak sekali yang munculnya merupakan pertanda dekatnya Hari Kiamat. Tanda-tanda itu ada dua: alamat (tanda) shughra menunjukkan dekatnya Kiamat, sedangkan alamat Kubra menunjukkan bahwa ia sudah di ambang pintu.

Di antara tanda-tanda shughra (kecil) yaitu:

a) Malaikat Jibril ketika bertanya bila Hari Kiamat, beliau menjawab,

“Yang ditanya tentang Hari Kiamat tidak lebih mengetahui dari yang bertanya, tetapi saya akan memberitahukanmu tentang tanda-tandanya, jika budak wanita telah melahirkan tuannya, jika para penggembala unta berlumba-lumba dalam mendirikan bangunan.” (Hadis Riwayat al-Bukhari 1/20 dan lihat Muslim 1/39)

b) Berperangnya orang muslim melawan orang Yahudi dan kemenangan orang-orang muslim atas mereka. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahawasanya Rasulullah bersabda,

“Tidak akan terjadi Kiamat sebelum orang Islam memerangi orang Yahudi. Maka orang Islam membunuh mereka sampai orang Yahudi bersembunyi di belakang batu dan pohon; maka batu dan pohon itu berkata, ‘Ya Muslim, wahai hamba Allah, inilah orang Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuhlah,’ kecuali pohon gharqad, kerana sesungguhnya ia adalah pohon Yahudi.” (Hadis Riwayat Muslim 4/2239, dan lihat al-Bukhari IV/51).

Tanda-tanda shughra (kecil) yang diberitakan oleh Rasulullah s.a.w., sangat panjang pembahasannya berikut dalil-dalilnya, seperti pendeknya waktu, berkurangnya amal, munculnya berbagai fitnah, banyaknya pembunuhan, pelacuran, kefasikan dan lain-lain.

Tanda-tanda kubra (besar)

a) Keluarnya Dajjal. Rasulullah s.a.w., telah memberitahukan kemunculannya dengan hadis yang banyak jumlahnya sehingga mencapai mutawatir. Para nabi telah memperingatkan umat dan kaumnya daripadanya. Sedangkan Rasulullah s.a.w., menyebutnya sebagai fitnah terbesar yang terjadi semenjak penciptaan Nabi Adam hingga Hari Kiamat. Dan di antara doa beliau adalah meminta perlindungan-Nya dari fitnah Dajjal dan memerintahkan umatnya untuk berdoa seperti itu.

Di antara hadits-hadits yang memperingatkan darinya ialah apa yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik r.a., bahwasanya Rasulullah bersabda,

“Tidak ada seorang nabi pun yang diutus melainkan ia memperingatkan umatnya dari yang buta sebelah dan pendusta. Ingatlah, dia itu buta sebelah matanya. Dan sesungguhnya Rabbmu (Allah) tidak buta sebelah mata-Nya. Dan di antara kedua matanya tertulis ‘kafir’.” (Hadis Riwayat al-Bukhari 9/75-76, lihat Muslim 4/2248)

b) Turunnya Nabi Isa di atas menara putih di sebelah timur Damaskus, kemudian beliau membunuh Dajjal dan mengajak kepada Islam serta memberlakukan hukum Islam, menghancurkan salib, membunuh babi dan menghapuskan jizyah.

Dalil-dalil tentang hal ini banyak sekali, di antaranya ialah hadits al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah s.a.w., bersabda,

“Tidak terjadi Kiamat sebelum turun di tengah-tengah kalian Isa bin Maryam sebagai hakim yang adil, dia menghancurkan salib, membunuh babi, menghapuskan jizyah dan melimpahlah harta sampai tidak seorang pun yang mahu menerima.” (Hadis Riwayat al-Bukhari 3/178, dan lihat Muslim 1/136).

c) Munculnya matahari dar barat. Ini adalah pertanda sangat dekatnya Hari Kiamat dan permulaan bergolaknya hukum alam yang normal, kerana dahsyatnya pengaruh pertanda ini dan telah putusnya harapan sehingga ketika orang-orang melihat tanda ini mereka merasa takut dan resah kemudian semuanya beriman, akan tetapi imannya tidak ada ertinya lagi kerana tidak diterima, kerana sebelumnya mereka tidak mahu beriman. Sebagaimana firman Allah,

Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka) atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu. Pada hari datangnya ayat dari Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: “Tunggulah olehmu sesungguhnya Kamipun menunggu (pula).” (al-An’am 6: 158)

Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahawa Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda,

“Tidak terjadi Kiamat sebelum matahari terbit dar barat; jika sudah terbit dari barat maka manusia semuanya beriman. Pada hari itu imannya orang yang sebelumnya tidak beriman atau tidak berbuat baik dalam masa imannya, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya.” (HR. Muslim 1/137, dan lihat alBukhari 8/ 132)

Dan masih banyak lagi tanda-tanda yang tidak kami sebutkan, seperti munculnya al-Mahdi, binatang ajaib (Dabbah), asap dan api di negeri Hijaz dan sebagainya. Kejadian-kejadian ini saling berdekatan dan berakhir dengan hancurnya dunia serta matinya semua makhluk. Allah berfirman,

Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). (az-Zumar 39: 68)

Rasulullah s.a.w. ditanya tentang shur, maka beliau menjawab iaitu tanduk yang ditiup (lihat Musnad Imam Ahmad 11/ 162 dan 192). Yang meniup adalah Israfil lalu matilah makhluk yang ada di langit dan di bumi kecuali orang-orang yang dikehendaki Allah. Wallahu a’lam.


Bersambung…
Recommend to friends
  • gplus
  • pinterest