Allah Memberi Rezeki Kepada Yang Bernikah
Ust. Yazid Abdul Qadir Jawas
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَأَنْكِحُوا الْأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sedirian di antara kalian, dan orang-orang yang layak (berkahwin) dari kalangan hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka faqir, Allah akan memberikan kecukupan pada mereka dengan kurniaan-Nya.” (Surah An-Nuur, 24: 32)
Kata sahabat Nabi; Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma:
رغبهم الله في التزويج، وأمر به الأحرار والعبيد، ووعدهم عليه الغنى
“Ini adalah anjuran dari Allah agar menikah, dan Allah memerintahkan dengannya kepada orang-orang yang medeka mahupun para hamba agar menikah, dan Allah berjanji kepada mereka untuk memberikan kekayaan (berupa kecukupan).” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/51)
Al-Hafiz Ibnu Katsir turut menyebutkan perkataan Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu:
أطيعوا الله فيما أمركم به من النكاح، ينجز لكم ما وعدكم من الغنى
“Taatilah Allah pada apa yang diperintahkan pada kalian dengan menikah, nescaya Dia akan memenuhi janji-Nya buat kalian dengan kekayaan (berupa kecukupan).”
Juga perkataan Ibnu Mas’oud:
التمسوا الغنى في النكاح
“Carilah kekayaan (kecukupan) di dalam pernikahan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/51)
Dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
ثَلَاثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللَّهِ عَوْنُهُمْ: المُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَالمُكَاتَبُ الَّذِي يُرِيدُ الأَدَاءَ، وَالنَّاكِحُ الَّذِي يُرِيدُ العَفَافَ
“Tiga orang yang berhak mendapat pertolongan Allah adalah; Mujahid di jalan Allah, seorang hamba yang ingin memerdekakan dirinya, dan seseorang yang menikah kerana ingin menjaga kesucian dirinya.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 1655. Sunan An-Nasaa’i, no. 5307)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Katakanlah: “Sesungguhnya Rabb-ku melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya).” Dan apa jua yang kalian nafkahkan (dari harta yang bermanfaat), maka Allah akan menggantikanya dan Dia-lah sebaik-baik Pemberi rezeki.” (Surah Saba’, 34: 39)
Dalam satu hadis qudsi dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ
“Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, berinfaqlah (bersedekahlah), nescaya Allah akan infaqkan (gantikan) untuk-mu.” (Shahih Al-Bukhari, no. 4684. Muslim, no. 993)
Al-Imam Nawawi rahimahullah (Wafat: 676H) berkata:
“Para ulama menyatakan bahawa infaq (sedekah) yang dimaksud adalah infaq dalam perkara ketaatan, infaq untuk menunjukkan akhlak yang mulia, infaq pada keluarga (berupa nafkah), infaq pada orang-orang yang lemah, serta yang lainnya. Selagi mana infaq tersebut tidak sampai berlebihan, atau berbuat boros.” (Syarh Shahih Muslim, 7/87)
Dan sebagaimana hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِى أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ
“Satu dinar yang engkau infaqkan (sedekahkan) di jalan Allah, dan satu dinar yang engkau infaqkan untuk memerdekakan seorang hamba, kemudian satu dinar yang engkau infaqkan untuk seorang miskin, jika dibandingkan dengan satu dinar yang engkau infaqkan (nafkahkan) untuk ahli keluargamu maka pahala yang engkau infaqkan (nafkahkan untuk keperluan ahli keluargamu) itu adalah lebih besar keutamaannya.” (Shahih Muslim, no. 995)
Dari Al-Miqdam bin Ma’dikarib, beliau berkata bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
مَا أَطْعَمْتَ نَفْسَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ وَمَا أَطْعَمْتَ وَلَدَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ وَمَا أَطْعَمْتَ زَوْجَتَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ وَمَا أَطْعَمْتَ خَادِمَكَ فَهُوَ لَكَ صَدَقَةٌ
“Apa yang dikeluarkan (dari hartamu) sebagai makanan untuk (keperluan)mu itu adalah sedekah untukmu. Dan apa-apa dari makanan yang engkau berikan pada anakmu, maka itu juga sedekah. Dan apa-apa dari makanan yang engkau berikan pada isterimu, maka itu juga adalah sedekah. Dan apa-apa dari makanan yang engkau berikan pada pembantumu, maka itu juga termasuk sedekah.” (Musnad Ahmad, no. 17179. Al-Adabul Mufrad oleh Al-Bukhari, no. 82)
Dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُولُ الآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفً
“Tidaklah dari para hamba itu berpagi-pagi padanya melainkan ada dua malaikat yang turun, salah satunya berkata (berdoa), “Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang suka berinfaq.” Dan yang satu lagi mengatakan (mendoakan), “Ya Allah, berilah kemiskinan kepada orang yang kedekut.” (Shahih Al-Bukhari, no. 1442. Muslim, no. 1010)
Wallaahu a’lam.