Peringatan Agar Tidak Terpedaya Dengan Nikmat Dunia
Allah dan Rasul-Nya telah banyak mengingatkan tentang betapa kecilnya nikmat kehidupan di dunia ini berbanding kenikmatan hidup di akhirat. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis yang sahih yang menjelaskan betapa remeh dan singkatnya kehidupan dunia, sangat rendah nilainya berbanding kehidupan akhirat, dan dunia ini hanya medan ujian dan mencari perbekalan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
“Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan terhadap apa-apa yang diingini, iaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda-kuda pilihan, haiwan-haiwan ternakan, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (yakni Syurga).” (Surah Ali ‘Imran, 3: 14)
Di ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (Surah Ali ‘Imran, 3: 185)
Di ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah permainan dan senda-gurau. Dan benar-benar akhirat itu adalah sebaik-baik tempat bagi orang-orang yang bertaqwa. Tidakkah kalian memahaminya.” (Surah Al-An’aam, 6: 32)
Di ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Ketahuilah bahawa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan, sesuatu yang melalaikan, perhiasan, dan bermegah-megahan di antara kalian serta saling berbangga-bangga (bersaing) tentang banyaknya harta dan anak-anak. Ia seperti hujan yang membuat kagum para petani terhadap tanam-tanamannya. Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kalian lihat warnanya kuning (mengering) lalu menghancur (mereput). Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras, ampunan dari Allah dan keredhaan-Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (Surah Al-Hadid, 57: 20)
Dari hadis Al-Mustaurid bin Syaddad radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
مَا الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلَّا مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي اليَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَاذَا يَرْجِعُ
“Tidaklah (nilai) dunia dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya semisal apa yang salah seorang dari kalian jika mencelupkan salah satu jarinya ke dalam air laut, maka hendaklah dia melihat apa yang melekat pada jarinya setelah dia mengangkatnya?” (Musnad Ahmad, no. 18012. Shahih Muslim, no. 2858. Sunan At-Tirmidzi, no. 2323)
Maka orang-orang yang beriman dan bertaqwa tidak akan terpedaya dengan pesona keindahan dunia dan mainan serta rayuan-rayuan Syaitan. Orang-orang yang beriman akan berusaha sedaya-upayanya untuk menjadikan dari bahagiannya di dunia sebagai sarana untuk mendekatkan dirinya kepada Allah, yakni dengan mencari perbekalan untuk kehidupan sebenar yang abadi kelak di negeri akhirat.
Orang-orang yang beriman hanya mengambil dunia sebatas keperluannya dan sebatas yang telah dibenarkan oleh syari’at. Orang yang beriman akan menjual dan meniagakan dunianya untuk mendapatkan akhirat. Bukannya menjual dan meninggalkan akhirat untuk mendapatkan dunia.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَلِكُمْ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ (15) الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (16) الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ
“(Katakanlah): “Mahukah aku khabarkan buat kalian perkara yang lebih baik dari seluruh harta dan nikmat kekayaan tersebut?” Bagi orang-orang yang bertaqwa itu di sisi Rabb mereka ada Syurga-syurga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan (dikurniakan) bagi mereka isteri-isteri yang suci dan bagi mereka keredhaan dari Allah. Dan adalah Allah Maha Melihat para hamba-hamba-Nya.
Yakni orang-orang yang berdoa (dengan doa), “Wahai Rabb kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah dosa-dosa kami dan selamatkanlah kami dari adzab Neraka.”
Mereka adalah orang-orang yang sentiasa bersabar, yang jujur, tetap taat beribadah lagi menjaga diri, orang yang mengeluarkan sedekah, dan orang-orang yang beristighfar (memohon keampunan) di waktu sahar (penghujung malam).” (Surah Ali ‘Imran, 3: 15-17)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah kebahagiaan akhirat dengan apa yang telah Allah kurniakan kepada-mu (berupa rezeki, harta dan kekayaan), dan janganlah engkau melalaikan bahagianmu dari dunia. Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada-mu, dan janganlah engkau melakukan kerosakan di muka bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat fasad (kerosakan).” (Surah Al-Qashash, 28: 77)
Beginilah sikap orang-orang yang beriman terhadap hari pertemuannya dengan Allah ‘Azza wa Jalla. Manakala orang-orang yang musyrik serta orang-orang yang mengikuti mereka lagi banyak berbuat dosa dan kerosakan, mereka menjadikan kenikmatan hidup di dunia sebagai sebesar-besar tujuan, dan mereka lalai dari kehidupan yang sebenar (di akhirat).
Mereka rela bekerja keras demi mendapatkan kemewahan dan kesenangan-kesenangan duniawi. Mereka sanggup melakukan apa saja untuk dunia, walaupun dengan cara yang bathil, dan mereka tidak mempedulikan batasan-batasan Allah dan Rasul-Nya. Mereka tidak mengendahkan larangan-larangan Allah, dan tidak pula melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah ditentukan atas mereka.
Tingginya kecintaan kepada kehidupan dunia menjadikan mereka memanfaatkan seluruh akal, fikiran, tenaga, kekuatan, waktu, dan kemampuan mereka dalam rangka mengaut kekayaan dan kenikamatan hidup sebanyak-banyaknya. Bagi mereka, kenikmatan kehidupan dunia adalah segala-galanya. Jika mereka mampu meraih kejayaan dunia atau material, serta kekayaan yang besar, mereka gunakannya untuk mencari ketinggian di muka bumi, berfoya-foya, memuaskan hawa nafsu, membuat kerosakan, berhibur, dan bahkan memanfaatkannya untuk berbuat syirik menjauh dari peringatan Allah. Namun, jika mereka ditimpa kesusahan, kemiskinan, dan kegagalan duniawi, mereka pun berputus-asa, berkeluh-kesah, seraya menempuh cara-cara yang haram demi mencari jalan keluar dan mengembalikan kehidupan dunia mereka.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mencela dan mengancam orang-orang yang menjadikan kehidupan dan kenikmatan duniawi sebagai tujuan dan matlamat. Allah Ta’ala berfirman:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, nescaya kami penuhi (berikan balasan) untuk mereka (berdasarkan) usaha-usaha mereka padanya, dan mereka tidak akan dirugikan padanya. Mereka itulah orang-orang yang tidak akan mendapatkan balasan di akhirat kecuali Neraka, dan sia-sialah apa yang telah mereka usahakan di dunia dan terhapuslah apa yang telah mereka usahakan (ketika di dunia).” (Surah Huud, 11: 15-16)
Di ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا
“Siapa yang menghendaki kehidupan dunia yang ada di hadapannya, maka kami segerakan baginya di dunia ini (dari kenikmatan-kenikmatan) yang kami kehendaki bagi sesiapa yang Kami inginkan. Kemudian kami jadikan baginya Jahannam, dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan penuh keterpaksaan.” (Surah Al-Israa’, 17: 18)
Di ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَأَمَّا مَنْ طَغَى (37) وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (38) فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى (39) وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
“Maka adapun orang yang melampaui batas (berbuat dosa, zalim, syirik, dan kerosakan di muka bumi), dan lebih mementingkan kehidupan dunia, maka Neraka Jahim adalah tempat tinggalnya. Manakala orang-orang yang takut terhadap (kebesaran dan keagungan) kedudukan Rabb-nya, dan dia menahan diri dari al-hawa (nafsu yang terlarang dan membawa dosa), maka sesungguhnya Syurga adalah tempat tinggalnya.” (Surah An-Naazi’aat, 79: 37-41)
Selain itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala turut menjelaskan bahawa mereka yang hidup di dunia dalam keadaan menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya, untuk bersenang-senangan padanya, berfoya-foya, dan bermegah-megahan terhadapnya, sebenarnya itu adalah gaya hidup orang-orang yang kafir, yakni gaya hidup orang-orang yang tidak beriman terhadap hari akhirat. Keinginan mereka ditenggelami dengan pesona dunia dan segala bentuk kemewahan dan kenikmatannya, sedang mereka dalam keadaan terpedaya.
Allah telah memberikan perumpaan terhadap gaya hidup seperti ini sebagai gaya hidup haiwan ternak, mereka tidak punya keinginan melainkan untuk mengikuti hawa nafsunya, memenuhi kehendak selera perutnya, dan keinginan seksnya. Sehingga hal-hal tersebut telah melalaikan dan menjadikan mereka hanyut dari mengingat kehidupan yang sebenar.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يُدْخِلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ
“Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan beramal soleh ke dalam Syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang yang kafir, mereka bersenang-senang (di dunia), dan mereka makan sebagaimana makannya haiwan-haiwan ternak, dan Neraka adalah tempat tinggal mereka.” (Surah Muhammad, 47: 12)[1]
Di ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَفْسُقُونَ
“Dan (ingatlah) hari ketika orang-orang kafir dihadapkan ke Neraka, (kepada mereka dikatakan), “Kalian telah menghabiskan rezeki kalian yang baik-baik pada kehidupan dunia kalian (semata-mata), dan kalian telah bersenang-lenang dengannya; maka pada hari ini kalian dibalas dengan adzab yang menghinakan kerana kalian telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa haq, dan kerana kalian telah fasiq.” (Surah Al-Ahqaaf, 46: 20)
Di ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
“Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-lenang, dan dilalaikan oleh harapan dan angan-angan (yang kosong lagi memperdaya), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat dari perbuatan mereka).” (Surah Al-Hijr, 15: 3)
Di ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
“(Kenikmatan dan kebahagian) Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menginginkan ketinggian di muka bumi, dan tidak pula berbuat kerosakan. Dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.” (Surah Al-Qashash, 28: 83)
Dan Allah mengingatkan bahawa termasuk sebab-sebab kebinasaan umat-umat terdahulu adalah kerana hanyut dan tenggelam dalam kemewahan dan nikmat-nikmat dunia. Mereka berlumba-lumba dan bermegah-megah terhadap pesona dunia, sampailah mereka menjadi hamba kepada dunia, lalu mereka pun dilupakan dari persiapan menuju hari akhirat.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ لَكُمْ وَأَرْسَلْنَا السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ مِدْرَارًا وَجَعَلْنَا الْأَنْهَارَ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَأَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قَرْنًا آخَرِينَ.
“Adakah mereka tidak memerhatikan berapa banyak generasi sebelum mereka yang telah Kami binasakan, padahal Kami telah meneguhkan (kedudukan) mereka di muka bumi dengan (keteguhan) yang belum pernah Kami berikan kepada kalian, serta Kami mencurahkan hujan lebat atas mereka dan menjadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka disebabkan dosa mereka sendiri, dan Kami menciptakan generasi lain sesudah mereka.” (Surah Al-An’aam, 6: 6)
Dari hadis Al-Miswar bin Makhramah, dari ‘Amr bin ‘’Auf Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, bahawa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
فَوَاللَّهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ. وَلَكِنِّي أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوْهَا كَمَا تَنَافَسُوْهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ
“Demi Allah, bukanlah kefaqiran yang aku bimbangkan atas kalian. Akan tetapi, aku bimbang jika dunia akan dihamparkan untuk kalian sebagaimana ianya telah dihamparkan untuk umat-umat sebelum kalian, kemudian kalian akan berlumba-lumba mendapatkannya sebagaimana orang-orang sebelum kalian berlumba-berlumba mendapatkannya, kemudian kalian pun dibinasakan oleh dunia itu sebagaimana orang-orang sebelum kalian telah dibinasakan olehnya.” (Shahih Al-Bukhari, no. 3158. Muslim, no. 2961)
Adapun sifat orang-orang yang beriman, dan merupakan karektor yang dianjurkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dia berfirman:
وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ
“Dan untuk (nikmat-nikmat Syurga) itu hendaklah kalian berlumba-lumba (dalam mendapatkannya).” (Surah Al-Muthaffifiin, 83:26)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ
“Maka siapa yang dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Syurga, maka benar-benar dia telah menang (lagi beruntung).” (Surah Ali ‘Imran, 3: 185)
Wallaahu a’lam.
[1] Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah (Wafat: 671H) berkata:
وَقَدْ ذَمَّ اللَّهُ تَعَالَى الْكُفَّارَ بِكَثْرَةِ الْأَكْلِ فَقَالَ:” وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَما تَأْكُلُ الْأَنْعامُ وَالنَّارُ مَثْوىً لَهُمْ” [محمد: 12] فَإِذَا كَانَ الْمُؤْمِنُ يَتَشَبَّهُ بِهِمْ، وَيَتَنَعَّمُ بِتَنَعُّمِهِمْ فِي كُلِّ أَحْوَالِهِ وَأَزْمَانِهِ، فَأَيْنَ حَقِيقَةُ الْإِيمَانِ، وَالْقِيَامُ بِوَظَائِفِ الْإِسْلَامِ؟! وَمَنْ كَثُرَ أَكْلُهُ وَشُرْبُهُ كَثُرَ نَهَمُهُ وَحِرْصُهُ، وَزَادَ بِاللَّيْلِ كَسَلُهُ وَنَوْمُهُ، فَكَانَ نَهَارَهُ هَائِمًا، وَلَيْلَهُ نَائِمًا.
“Allah Ta’ala telah mencela orang-orang kafir dengan sebab banyak makan. Allah berfirman:
“Dan orang-orang yang kafir, mereka bersenang-senang (di dunia), dan mereka makan sebagaimana makannya haiwan-haiwan ternak, dan Neraka adalah tempat tinggal mereka.” (Surah Muhammad, 47: 12)
Maka jika seorang mukmin menyerupai mereka (dalam cara makan) dan dalam menikmati nikmat-nikmat dunia pada segala keadaan dan masanya, maka di manakah hakikat imannya dan penegakkan kerja-kerja Islam (menuntut ilmu dan ibadah)? Maka siapa yang banyak makannya dan banyak minumnya maka dia akan lebih rakus dan banyak angan-angan, banyak menghabiskan malam dengan bermalas-malasan dan tidur, siang harinya dihabiskan untuk santai-santai (dengan hal dunia dan makan), manakala malam harinya dihabiskan dengan tidur.” (Tafsir Al-Qurthubi, 11/67)
Beliau juga menyebutkan tentang hadis:
ثُمَّ إِنَّ مِنْ بَعْدِكُمْ قَوْمًا يشهدون ولا يستشهدون ويخونون ولا يؤتمون وَيَنْذِرُونَ وَلَا يُوفُونَ وَيَظْهَرُ فِيهِمُ السِّمَنُ
“… Kemudian, sesungguhnya setelah kalian (setelah 3 generasi terbaik kaum muslimin), akan datang suatu kaum yang bersaksi sebelum diminta persaksiannya, khianat dan tidak boleh dipercayai, banyak berjanji tetapi tidak ditunaikan, dan terzahir dalam kalangan mereka kegemukan (fenomena obesiti).” (lihat: Shahih Al-Bukhari, no. 6428. Muslim, no. 2535)
وَهَذَا ذَمٌّ. وَسَبَبُ ذَلِكَ أَنَّ السِّمَنَ الْمُكْتَسَبَ إِنَّمَا هُوَ مِنْ كَثْرَةِ الْأَكْلِ وَالشَّرَهِ، وَالدَّعَةِ وَالرَّاحَةِ وَالْأَمْنِ وَالِاسْتِرْسَالِ مَعَ النَّفْسِ عَلَى شَهَوَاتِهَا، فَهُوَ عَبْدُ نَفْسِهِ لَا عَبْدُ رَبِّهِ، وَمَنْ كَانَ هَذَا حَالَهُ وَقَعَ لَا مَحَالَةَ فِي الْحَرَامِ، وَكُلُّ لَحْمٍ تَوَلَّدَ عَنْ سُحْتٍ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ
“Dan ini adalah bentuk celaan (terhadap kegemukan), dan sebab terjadi kegemukan tersebut diperolehi dari banyaknya makan, minum, berfoya-foya, bersantai-santai, sentiasa merasa aman, membiarkan dirinya lalai bersama nafsu dan syahwatnya, maka dia sebenarnya adalah hamba kepada diriya, bukan hamba yang mengabdi kepada Rabb-nya. Sesiapa yang menjalani kehidupan seperti ini dia pasti akan terjatuh ke dalam sesuatu yang diharamkan, dan setiap daging yang tumbuh dari sesuatu yang diharamkan, maka Neraka lebih utama baginya.” (Tafsir Al-Qurthubi, 11/67)