Agar Sentiasa Bersyukur dan Tidak Meremehkan Nikmat Allah
www.ilmusunnah.com
Adakalanya tatkala kita melihat orang-orang yang diberi kelebihan dunia berbanding kita, Syaitan pun membisikkan kepada kita dengan rasa kekurangan, keluh-kesah dan rasa mahu itu dan ini. Sedang ada orang lain yang melihat kepada diri kita mereka pula mengatakan, betapa untungnya orang tersebut, seandainya aku jadi sepertinya (jadi seperti kita dan memiliki apa yang kita miliki).
Bersyukurlah, perbanyakkanlah melihat orang-orang di bawah kita dalam urusan dunia, pujilah Allah.
Dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda:
إِذَا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إِلَى مَنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ فِي الْمَالِ وَالْخَلْقِ، فَلْيَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْهُ مِمَّنْ فُضِّلَ عَلَيْهِ
“Apabila salah seorang dari kalian memandang orang yang diberi kelebihan melebihi harta dan bentuk tubuhnya, hendaklah dia memandang orang yang lebih rendah darinya di mana dia diberi kelebihan berbanding orang tersebut.” (Shahih Al-Bukhari, no. 6490. Muslim, no. 2963)
Di lafaz yang lain dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ
“Lihatlah pada orang-orang yang berada di bawah kalian (dalam hal harta dan dunia) dan janganlah melihat orang-orang yang berada di atas kalian. Kerana dengan cara ini akan membuat kalian tidak meremehkan nikmat Allah atas kalian.” (Shahih Muslim, no. 2963. Sunan At-Tirmidzi, no. 2513)
Dari hadis ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash, bahawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ
“Benar-benar beruntung siapa yang ber-islam, serta direzekikan pula oleh Allah dengan rezeki yang mencukupi serta dikurnikan rasa qona’ah dengan apa yang diberikan padanya.” (Shahih Muslim, no. 1054)
Dari hadis ‘Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
خَصْلَتَانِ مَنْ كَانَتَا فِيهِ كَتَبَهُ اللَّهُ شَاكِرًا صَابِرًا، وَمَنْ لَمْ تَكُونَا فِيهِ لَمْ يَكْتُبْهُ اللَّهُ شَاكِرًا وَلَا صَابِرًا، مَنْ نَظَرَ فِي دِينِهِ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَهُ فَاقْتَدَى بِهِ، وَنَظَرَ فِي دُنْيَاهُ إِلَى مَنْ هُوَ دُونَهُ فَحَمِدَ اللَّهَ عَلَى مَا فَضَّلَهُ بِهِ عَلَيْهِ كَتَبَهُ اللَّهُ شَاكِرًا وَصَابِرًا، وَمَنْ نَظَرَ فِي دِينِهِ إِلَى مَنْ هُوَ دُونَهُ، وَنَظَرَ فِي دُنْيَاهُ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَهُ فَأَسِفَ عَلَى مَا فَاتَهُ مِنْهُ لَمْ يَكْتُبْهُ اللَّهُ شَاكِرًا وَلَا صَابِرًا
“Ada dua karektor yang apabila kedua-duanya ada pada seseorang, maka Allah akan menulisnya sebagai orang yang bersyukur dan sabar, namun jika tidak ada maka Allah tidak menulisnya sebagai orang yang bersyukur dan tidak pula sebagai orang yang sabar;
Yakni orang yang di dalam urusan agamanya dia memandang kepada orang yang berada di atasnya, lalu dia mengikutinya (yakni mencontohinya), sedang di dalam urusan dunianya dia memandang kepada orang di bawahnya, lalu dia memuji kepada Allah atas kurniaan yang diberikan kepadanya; maka Allah pun mencatatkan dia sebagai orang yang bersyukur dan sabar.
Manakala orang yang di dalam urusan agamanya dia memandang orang yang di bawahnya, dan dalam urusan dunianya dia memandang orang-orang yang di atasnya lalu dia merasa kecewa dan sedih atas harta dunia yang terlepas darinya, maka Allah benar-benar tidak mencatatnya sebagai orang yang bersyukur dan tidak pula sebagai orang yang sabar.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2512. Kata At-Tirmidzi, hadis hasan gharib)
Dalam satu hadis dari ‘Abdullah bin Syikhkhiir, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
أَقِلُّوا الدُّخُولَ عَلَى الأَغْنِيَاءِ فَإِنَّهُ قَمِنٌ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعَمَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Kurangkanlah masuk ke tempat-tempat orang kaya, kerana ianya akan membantu kalian agar tidak meremehkan (atau memandang rendah) nikmat Allah ‘Azza wa Jalla (yang ada pada kalian).” (Al-Mustadrak, no. 7869. Kata Al-Hakim, isnad hadis ini sahih. Disahihkan oleh Adz-Dzahabi, namun dha’if menurut Al-Albani)
Sebahagian salaf mengatakan:
صاحبت الأغنياء فكنت لا أزال في حزن، فصحبت الفقراء فاسترحت
“Aku pernah bersahabat dengan orang-orang kaya, tetapi aku selalu dirundung susah (gelisah), lalu aku pun bersahabat dengan orang-orang faqir, maka aku pun merasa tenang.” (Dinukil dari Tathriz Riyadh As-Shalihin, m/s. 316)
Di hadis yang lain, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ، وَالدِّرْهَمِ، وَالقَطِيفَةِ، وَالخَمِيصَةِ، إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ، وَإِنْ لَمْ يُعْطَ لَمْ يَرْضَ
“Binasalah hamba dinar, hambar dirham, hamba sutera dan pakaian; jika dia diberi (dengan harta-harta), maka dia redha, tetapi jika tidak diberi, dia pun tidak redha.” (Shahih Al-Bukhari, no. 2886, 6435)
Wallaahu a’lam.