Sumber:
http://aqidah-wa-manhaj.blogspot.com
Allah Subhanahu wa ta’ala (s.w.t.) telah memuji hamba-hambanya yang mengeluarkan sedekah (memberi sedekah), firman-Nya,
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan penerima), mereka memperolehi pahala di sisi Rabb mereka. Tidak ada kekhuwatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” (al-Baqarah, 2: 262)
Dari penjelasan dalil tersebut menyatakan bahawa mereka yang tidak mengungkit-ngungkit pemberiannya dan tidak menyakiti hati si penerima, maka Allah memberikan kepadanya pahala. Juga sebaliknya, jika mereka memberi dengan keadaan yang mengungkit-ngungkit dan menyakiti si penerima, maka Allah menghilangkan pahala dari perbuatan amalannya itu. Ini dilihat sebagaimana firman Allah s.w.t.,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (al-Baqarah, 2: 264)
Maka, hendaklah kita bersungguh-sungguh dalam mengeluarkan sedekah iaitu dengan meletakkan ciri ikhlas sebagai tunjuangnya dan dengan semata-mata kerana mengharap redha Allah s.w.t. bukannya mengharap balasan balik dari manusia. Dan sesungguhnya Allah memberikan balasan yang besar kepada mereka yang bersedekah atas landasan ikhlas kerana Allah sebagaimana yang dinyatakan melalui firman-Nya,
“Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur, (iaitu) mata air (dalam surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera, di dalamnya mereka duduk bertelakan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan.” (al-Insaan, 76: 5-13)
Ancaman kepada Mereka Yang Suka Mengungkit Pemberian
1 – Tidak memperolehi ganjaran pahala sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah s.w.t. dalam firmannya,
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan penerima), mereka memperolehi pahala di sisi Rabb mereka. Tidak ada kekhuwatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” (al-Baqarah, 2: 262)
2 -Tidak diterima alasan dan tebusannya, sebagaimana Hadis Nabi s.a.w.,
“Tiga (3) orang yang Allah tidak menerima alasan dan tebusannya, iaitu anak yang derhaka kepada orang tua, orang yang mengungkit-ngungkit kebaikan dan orang-orang yang mendustakan Taqdir.” (Hadis Riwayat Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah, 323. ath-Thabrani dalam Mu’jam al-Kabir, 7547, dan lain-lain dari hadis abu Ummamah rdhiyallahu ‘anhu (r.a.). Sanadnya dihasankan oleh al-Mundziri dalam at-Targhiib wa at-Tarhiib, 3/321)
3 – Tidak akan di-ajak bicara, tidak melihat kepadanya dan tidak akan disucikan oleh Allah.
Dari Abu Hurairah r.a., Nabi s.a.w. bersabda,
“Tiga orang yang tidak akan Allah ajak bicara pada hari kiamat, tidak pula Allah melihat kepada mereka dan juga tidak mensucikan mereka, serta bagi mereka azab yang pedih.”
Abu Hurairah berkata, “Beliau mengulanginya hingga tiga (3) kali”. Abu Dzarr berkata, “Sungguh merugi, siapakah mereka wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Musbil (orang-orang yang berisbal iaitu yang melabuhkan pakaiannya melebihi mata kaki ke bawah (bagi lelaki)), orang yang mengungkit-ngungkit kebaikannya dan orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah palsu.” (Hadis Riwayat Muslim, 106)
4 – Diancam Tidak Masuk Syurga
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda,
“Tiga (3) orang yang tidak akan masuk syurga, “Anak yang derhaka kepada orang tuanya, orang yangterus-menerus minum khamar, dan orang yang mengungkit-ngungkit pemberiannya.” (Diriwayatkan oleh an-Nasa’i, 5/80-81, Ahmad, 2/134, al-Hakim, 4/146-147, al-Baihaqi, 8/288, al-Bazzar, 1875, dan selain mereka dari jalan Salim bin ‘Abdillah)
Penutup
Maka, bersegeralah kita menjauhi hal-hal yang seperti itu dan menerapkan keikhlasan dalam setiap amal perbuatan kita dengan mencari redha dari Allah s.w.t.
Allah s.w.t. berfirman,
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (al-Baqarah, 2: 263)