http://bahaya-syirik.blogspot.com
“Ada pun orang-orang yang beriman. Maka surah ini menambahkan imannya, sedang mereka merasa gembira…” (Surah at-Taubah, 9: 124-125)
Jadilah orang yang gembira dengan ayat-ayat Allah. Di mana dia berasa tenang dan aman tenteram hatinya. Bertambah khusyu’ penghayatannya, dan gementar hatinya di saat ayat-ayat Allah dibacakan kepada mereka.
“Orang-orang yang apabila disebut Nama Allah gementarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (kerananya) dan kepada Allah-lah mereka bertawakkal.” (Surah al-Anfal, 8: 2)
Berbeza sekali dengan orang-orang yang berpenyakit di hatinya, mereka bertambah ingkar dengan hakikat kebenaran ayat-ayat Allah.
Apabila dibacakan ayat-ayat Allah atau dihadapkan dengan kebenaran ke atas mereka, mereka lantas menjadi tuli, buta atau pun terus berpaling.
“Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta.” (Surah al-Furqan, 25: 73)
Maka, janganlah kita bersikap ingkar dengan hakikat sebuah kebenaran. Seperti sebahagian keadaan manusia yang kafir (ingkar) terhadap ayat-ayat Allah. Apabila didatangkan kepada mereka ayat-ayat Allah dan kalam Rasul-Nya, mereka lantas berbuat tuli (pekak) dan seakan-akan tidak nampak, tidak mahu memahaminya.
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakannya dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Surah al-A’raaf, 7: 179)
Tidak kurang juga mereka yang mentakwil-takwil (mengubah makna) dan menyelewengkan ayat-ayat Allah dengan menggunakan perkataan manusia-manusia tertentu. Dengan mengatakan,
“… Tetapi si fulan telah berkata begini…”
“Tetapi, si dia telah mengatakan begitu… dan begini…”
Kerana mengikutkan kata-kata si fulan dan si anu, akhirnya mereka menolak hakikat perkataan Allah dan Rasul-Nya.
“… janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, iaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: “Kami telah beriman”, padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka mengubah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: “Jika diberikan ini (yang sudah diubah-ubah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini maka hati-hatilah”. Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.” (Surah al-Ma’idah, 5: 41)
Wallahu a’lam…